Feminism, What is That ?
Sebagai kaum perempuan kita sering mendengar kata feminisme, emansipasi dan
kesetaraan gender. Kata – kata ini biasanya sering muncul di saat momen Hari
Kartini. April merupakan bulan kaum wanita di Indonesia. Setiap 21 April selalu
diperingati sebagai Hari Kartini yang kemudian dianggap sebagai titik awal
kebangkitan dan kemajuan kaum wanita di negeri ini. Karena jasa – jasa ibu
Kartini, perempuan Indonesia bisa merasakan persamaan hak dan kebebasan yang
setara dengan laki-laki. Banyak aktivis feminis menggunakannya sebagai momen
dan figur untuk memperjuangkan tentang kesetaraan gender. Namun, sebagai
generasi Muslim, khususnya immawati harus waspada dengan ide kesetaraan gender
dan persamaan hak ini, kita harus pintar – pintar dalam memahaminya.
Feminisme, menurut Wikipedia adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk
mendefinisikan, membangun, dan mempertahankan kesetaraan dalam hak ekonomi,
politik, sosial, juga kesetaraan berbagai kesempatan bagi perempuan. Jika
berbicara feminisme pasti berhubungan dengan kesetaraan gender. Lalu, apa yang
dimaksud kesetaraan gender itu? Masih menurut Wikipedia, kesetaraan gender
(gender equality) adalah tujuan untuk menyetarakan gender-gender atau jenis
kelamin. Yang bertitik tolak dari adanya ketidakadilan yang disebabkan oleh
perbedaan gender atau perbedaan jenis kelamin (dan berbagai akibat dari
perbedaan jenis kelamin itu) serta karakteristik yang melekat kepadanya.
Dari beberapa pengertian tersebut, kita akan menkorelasikan antara feminisme
dan Kartini, sempat muncul pertanyaan, mengapa sosok Kartini sering
kalidigunakan oleh feminis untuk menjadi spirit dan figur dalam perjuangan
mereka ? Bahwa Kartini-lah perempuan pertama yang sukses membawa perempuan
Indonesia menuju persamaan derajat dan persamaan hak dengan kaum laki-laki.
Namun di sisi lain kita juga dituntut untuk kritis dalam menanggapi hal
tersebut, mengapa harus Kartini yang dinobatkan sebagai perempuan yang membawa
pencerahan buat kaum perempuan, padahal banyak perempuan yang lebih dulu
melakukan sesuatu untuk kemajuan perempuan jauh sebelum Kartini baerbuat
apa-apa. Mengutip tulisan Pak Adian Husaini yang berjudul Mitos Kartini dan
Rekayasa Sejarah, disebutkan bahwa Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar menggugat
pengkultusan Kartini yang menjadi simbol kemajuan perempuan Indonesia. Dalam
buku yang berjudul Satu Abad Kartini, Pak Harsja menulis sebuah artikel yang
berjudul Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita. Disana disebutkan,
“Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia
dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini,
meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.” Penelusuran Pak
Harsja terhadap penokohan Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan
ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita Indonesia. Tanpa bermaksud
mengecilkan peran ibu Kartini, ternyata banyak perempuan lain yang telah
berbuat banyak secara nyata untuk memajukan kaum wanita sementara ide-ide itu
baru muncul dalam pikiran Kartini. Misalny, ibu Dewi Sartika telah benar-benar
membuat sekolah untuk perempuan pada tahun 1910, yang pada perkembangan
selanjutnya sekolah itu disebut Sakola Kautamaan Istri. Ibu Rohana Kudus juga
telah membangun Sekolah Kerajinan Amal Setia tahun 1911, dan Rohana School
tahun 1916. Jika Kartini baru mengungkapkan ide-idenya lewat surat, Dewi
Sartika dan Rohana Kudus telah mewujudkannya dalam tindakan nyata.
Kembali lagi ke feminisme, Islam memiliki pandangan yang khas tentang pola
hubunga laki-laki dan perempuan. Jika feminisme ingin menyamaratakan laki-laki
dan perempuan, Islam menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda. Dari
segi bentuk tubuh berbeda, dari karakteristikpun berbeda. Walaupun begitu,
perbedaan yang ada bukan untuk membuat pertentangan, tapi justru untuk saling
melengkapi dan mendukung satu sama lain. Dengan segala potensi yang
berbeda-beda tersebut, mereka harus bekerja sama untuk membangun masyarakat dan
peradaban. Karena berbagai perbedaan itulah Islammenghadirkan hukum-hukum yang
berbeda antara keduanya. Dengan demikian perjalanan kehidupan antara laki-laki
dan perempuan akan harmonis, serasi, da saling mendukung, bukan saling bersaing
dan mengalahkan. Islam justru memanjakan wanita, hukum-hukum Islam justru
diarahkan untuk membawa kemaslahatan bagi kaum wanita. Dengan kewajiban menutup
aurat misalnya, perempuan akan terjaga dari berbagai gangguan tangan-tangan dan
mata usil. Islam juga mengatur agar perempuan menjadi pengatur rumah tangga,
agar perempuan lebih terjaga, dan tugas itu sesuai dengan karakteristik
perempuan. Namun, Islam juga membolehkan perempuan untuk menjadi apa saja yang
mereka mau selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Perempuan
boleh jadi pengusaha, dokter, guru maupun yang lainnya, asalkan tetap sesuai
dengan kodrat merekas sebagai perempuan dan tidak melalaikan tugas utama mereka
untuk menjadi ibu dan pengatur rumah tangga.
Islam mejuga memajukan perempuan, Islam adalah agama sekaligus aturan dan
pandangan hidup yang berasal dari Alloh SWT. Karena yang membuat aturan dalam
Islam adalah Alloh sendiri, maka tentunyaaturan Islam adalah aturan terbaik
yang ada bagi umat manusia. Islam memandang bahwa kemuliaan seorang manusia itu
bukan dilihat dari jenis kelaminnya, warna kulitnya, atau apapun yang sifatnya
penampakan fisik. Karena manusia tidak bisa memilih untuk jadi perempuan atau
laki-laki. Maka dariitu Alloh SWT menyatakan bahwa yang paling mulia diantara
umat manusia adalah yang paling bertqwa (QS. Al Hujurat : 10 ). Jadi
sebenarnya, derajat perempuan dan laki-laki itu awalnya sama, yang membedakan
hanya ketakwaannya saja kepada Alloh SWT. Jika ada perempuan yang lebih
bertaqwa dari laki-laiki, tentunya derajat perempuan itu lebih tinggi dari pada
laki-laki tersebut, begitupun sebaliknya. Namun, Islam membedakan laki-laki dan
perempuan dalam berbagi fungsi sosial, tugas-tugas, dan hukum-hukum yang
mengenai mereka. Mengapa harus berbeda ? Karena apapun yang terjadi, perempuan
dan laki-laki itu berbeda dalam banyak hal. Dari segi fisik jelas berbeda,
begitu juga dari segi karakter. Laki-laki mempunyai fisik yang tegap dan kokoh
serta karakter yang tegas dan keras, karena itu Islam menugasi mereka untuk
menangani hal-hal yang ada di luar rumah , seperti menjadi pemimpin, mencari
nafkah, dan tugas-tugas yang harus dilakukan di luar rumah ( ruang publik ).
Jika perempuan mempunyai bentuk fisik yang khas dan juga karakter yang unik,
mereka llebih lembut dan perasa, juga memiliki sususnan bentuk fisik yang
kompleks. Dengan kekhasan itu, perempuan ditugaskan di dalam rumah ( ruang
privat ) seperti menjadi pengelola keuangan keluarga, hamil dan melahirkan,
menyusui dan mendidik anak, dan banyak lagi. Dengan kata lain tugas-tugas bagi
perempun adalah tugas-tugas bagi perempuan adalah tugas-tugas di dalam rumah.
Tugas-tugas itu sangat sesuai fitrah perempuan dan membawa ketenangan bagi
perempuan yang menjalaninya. Dalam Islam, menjadi ibu rumah tangga sama sekali
bukan pekerjaan hina, justru pekerjaan ini sangat menentukan seberapa unggulgenerasi Islam yang akan terbentuk kelak. Jika perempuan lalai dari ini maka
yang akan terjadi adalah kekacauan yang parah. Karena itulah Alloh SWT
mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhn perempuan.
Justru dengan aturan seperti ini Islam sangat memanjakan dan menghormati
perempuan. Islam berhasil membagi tugas-tugas sosial antara laki-laki dan
perempuan dengan baik dan serasi. Dengan aturan Islam seperti ini, laki-laki
dan perempuan akan saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain, bukan untuk
saling bersaing.
By. IMMawati Umi Jamillah
By. IMMawati Umi Jamillah