"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

Selasa, 08 Desember 2015



SIMPOSIUM NASIONAL AND CALL FOR PAPER

"Gagasan Kaum Muda Muhammadiyah: Menjawab Dinamika Bangsa"



INDONESIA.  Selama satu tahun terakhir ini perkembangan kepemimpinan presiden Jokowidodo sangat terlihat diantaranya adalah keberanian menetapkan hukuman mati bagi tindak pidana kasus Narkoba serta penghancuran kapal asing yang masuk diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara ilegal, namun masih banyak masalah yang masih tersisa, diantaranya terkesan lamban memperhatikan rakyat namun cepat tanggap jika dengan korporat kapitalis kesan tersebut terbuktikan dengan undang-undang sangat mudah direvisi bahkan dilanggar untuk kepentingan kaum kapitalis. Sementara bencana asap di Sumatera dan Kalimantan belum mampu diselesaikan. Kepemimpinan negeri ini sangat lemah sehingga semua pemimpin saing berebut kendali dalam meminpin baik yang berada dalam lebaga eksekutif dan juga lembaga legislatif. Maka Ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM), wajib  mengawal perjalanan bangsa ini. selain permasalah politik, kepemimpinan, konflik beragama pun melengkapi permasalah negeri ini, maraknya warga Syiah menjadi permasalahan yang tidak kalah penting.
Satu tahun silam ABI Ormas Syiah mengadakan Muktamar II dikantor Kementerian Agama RI pada (14/11/2014). Bersamaan dengan itu, warga Syiah yang selama bertahun-tahun mengungsi dinyatakan siap untuk dipulangkan ke kampung halamannya di Sampang, bahkan Tajul Muluk juga sudah dibebaskan. Selain itu Wakil presiden Jusuf Kalla melalui Juru bicaranya meralat pernyataannya dan mengakui Syiah sebagai bagian dari agama Islam dan diperkanankan mengisi kolom Agama dengan identitas Islam pada KTP warga Syiah.  Jika rencana makar syiah di Indonesia berhasil maka, yang terjadi adalah pembantaiaan sebagaimana mereka membantai umat Islam  ahlussunnah di Suria, Yaman dan masih banyak negara lain,  namun umat Islam  tidak lagi peduli dengan kehancuran agamanya karena sibuk memikirkan kebutuhan hidup yang semakin sulit akibat situasi politik dan ketidak stabilan ekonomi atas Bahan Bakar Minyak (BBM) dan  harga kebutuhan pokok naik. Dan nilai tuar Rupiah yang terus merosot.
Rupiah melemah hampir menyentuh angka Rp. 15000/ Dolar (28/9/2015). Argumentasi pemerintah bahwa melemahnya rupiah dapat meningkatkan nilai ekspor, tidak terbukti. ekspor Indonesia pada Februari 2015 justru menurun 7,99 persen dibanding bulan Januari, atauturun 16,02 persen dibanding periode yang sama tahun 2014 (BPS).  Justru,  Pelemahan rupiah terhadap dolar, berdampak pada UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang mengandalkan bahan baku impor.  Tenaga Kerja terancam “dirumahkan”, UKM terancam kolaps. Ditambah lagi beban pembayaran hutang Negara semakin besar. Memperpanjang Izin ekspor PT. Newmont Nusa Tenggara, dan PT Freeport. Bertentangan dengan UUD 45 pasal 33. Serta Undang-undang no 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara (MINERBA), yang menyatakan bahwa setiap pemegang kontak karya wajib melakukan pemurnian di dalam negeri, atau membangun smelter dalam jangka waktu lima tahun sejak UU tersebut disahkan. Namun, Izin ekspor tetap diperpanjang. Perdagangan arus global akam semakin kuat karena Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan segera diresmikan pada 31 Desember 2015 yang meningkatkan kompetisi dan daya saing pasar global.
Munculnya berita bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 2015 ini yang kembali menekan pemerintah agar presiden meminta maaf kepada PKI atas nama negara, hal ini jelas akan mengancan karena PKI akan kembali bangkit dan menjai partai besar yang ada di Indonesia dengan membawa faham komunisme. Disisi lain adanya upaya menjadikan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri akan membuat permasalahan baru yaitu sekat yang muncul atar umat Islam.  golongan santri dan abangan  akan melengapi permasalah agama di neger ini, terkait hal itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuat pernyataan resmi dalam surat NO. 482/I.O/A/2015 tentang penolakan hari santri berikut kutipanya:  
“Dalam pandangan kami penetapan hari santri dapat menimbulkan sekat-sekat sosial, melemahnya integritas nasional dan membangkitnya kembali sentimen lama yang selama ini telah mencair dengan baik. Selama ini umat Islam termasuk didalamnya Muhammadiyah berusaha meminimalkan bahkan jika mungkin menghilangkan sekat sekat tersebut karena secara politik dan historis sangat kontra produktif serta bertentangan dengan semangat persatuan bangsa. Penetapan hari santri pada 22 Oktober juga dapat menimbulkan kontraversi membangkitkan sektarianisme, dan secara historis dapat mengecilkan arti perjuangan umat Islam yang berjuang membentuk dan menegakkan Negara Kesatuan Ripublik Indonesia. Bung Karno secar pribadi adalah seoarang santri. Karena itu penetapan hari santri pada 22 oktober dapat menafikkan peran para santri dan kalangan umat Islam yang tidak terlibat pada 22 Oktober”

Dari paparan di atas dapat diperinci permasalahn yang ada dinegeri ini beserta akibat yang akan muncul jika tidak segera ditindak lanjut oleh pemeintah dengan serius. Berikut sajian dalam bentuk tabel:
No
Paparan Masalah
Akibat yang akan terjadi
1.
Bencana asap di Riau
Menurunya kesehatan warga terutama bayi dan ibu hamil
2.
Maraknya warga Syiah
Penbantaian Islam  ahlussunnah Indonesia seperti (Suria, dan Yaman)
3.
Turunya nilai tukar Rupiah
Melonjaknya harga BBM dan kebutuhan pokok
4.
Perpanjangan ijin PT. Newmont
SDA terus dihisap oleh asing
5.
MEA
Kompetisi pasar global
6.
Wacana bangkitnya PKI
PKI akan meminta ganti rugi kepada negara
7.
Hari santri
Terjadi sekat-sekat antar umat Islam di Indoensia

Dari permasalah yang terinci pada tabel di atas dan dengan  semangat  mengurai  dinamika  bangsaan, maka  Pimpinan KORKOM IMM UMSIDA, KORKOM IMM UHAMKA dan KORKOM IMM UMY untuk mengadakan Simposian Nasional dan Call For Paper. Hal ini sebagai ajang sumbangsih pemikiran dan ikut sertanya kaum Intelektual Muda Muhammadiyah dalam menjawab dinamika bangsa dan memberikan sumbang pemikiran untuk mewujudkan cita-cita bangsa.


TOR dan Proposal dapat di download disini

0 komentar:

Posting Komentar