"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

Minggu, 05 Januari 2014

Pentingnya Pendidikan Agama ISLAM Dalam Pembangunan Karakter Remaja


Arus globalisasi, permisif dan hedonisme yang melanda hampir seluruh lapisan masyarakat tentunya akan sangat berdampak pada cara berpikir, berbudaya dan berprilaku. Terbukti berbagai macam persoalan khususnya dibidang pendidikan yang tidak lain kajian utamanya adalah pembangunan nilai-nilai luhur untuk anak-anak, remaja yang masih rentan akan labilnya pemikiran, tingkah laku dan mudahnya terbawa arus menjadi salah satu masalah yang setiap hari bermunculan diberbagai media sosial dan elektronik.

Masuknya budaya-budaya luar yang tidak sesuai dengan kultur dan kebudayaan bangsa kita menjadi faktor dari meningkatnya persoalan pendidikan dan rendahnya tingkat pemahaman akan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dinegara kita. Sehingga menyebabkan tergerusnya budaya-budaya lokal yang harusnya menjadi suatu kebanggan tersendiri dikalangan remaja. 

Dalam hal ini, usia anak remaja yang masih mengalami fase dimana dia berusaha mencari jalan untuk mencari jati diri dan menemukan siapa dirinya banyak yang melewati batas tatanan serta aturan-aturan yang berlaku. Sifat ingin tau dan ingin mencoba hal-hal yang baru tanpa memikirkan sebab akibatnya serta terpenuhinya pendidikan agama yang dimiliki  menjadi alasan utama lahirnya free sex dan kenakalan remaja lainnya, itu semua terjadi karena kurangnya pondasi pendidikan agama yang ditanam dalam diri para remaja hingga dengan mudahnya tergoda dengan hal-hal yang semacam itu, kebebasan yang malah menjadi kebablasan. Padahal sudah dangan jelas jika pendidikan agama dalam diri remaja ditanamkan dengan baik akan menjadi pondasi dan benteng yang kokoh melawan berbagai macam budaya-budaya lokal ataupun budaya luar yang sejatinya hanya akan merusak.

 Anehnya, saat ini pendidikan agama menjadi suatau hal yang sudah sangat ‘dilupakan’ oleh sebagian remaja, pendidikan agama yang menjadi modal dasar dan pondasi yang harus kuat dibangun malah menjadi nomor kesekian yang jarang sekali mendapat perhatian yang serius dikalangan remaja. Dan ini semua bisa dibuktikan dan kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, para remaja banyak sekali yang meninggalkan kewajibannya sebagai orang yang beragama.

Berbagai macam jenis dan kebudayaan yang kita miliki dan masuknya budaya-budaya luar tentunya tidak semua membawa kebaikan, terlebih dikalangan remaja yang sifatnya permisif. Lahirnya kasus-kasus tauran antar pelajar, video-video porno dan lain sebagainya yang dilakukan oleh para remaja kita yang notabene masih berstatus pelajar malah melakukan hal-hal jauh terbail dari apa yang didapat disekolah. Ini menjadi bukti yang nyata bahwa memang pendidikan agama yang kurang dan hanya berorientasi pada hasil bukan pada proses hanya akan menjadi bom waktu yang malah akan menghancurkan pendidikan itu sendiri.

Parahnya lagi, pendidikan agama yang ada dalam sistem pendidikan kita hanya mendapat jatah yang sangat sedikit, bagaimana para remaja akan banyak tahu dan mengetahui hal-hal mana yang baik, buruk, mana yang harus diambil dan mana yang tidak boleh jika pendidikan agama terlebih disekolah-sekolah umum hanya mendapat jatah 2 jam, padahal ilmu agama adalah suatu kebutuhan yang wajib terpenuhi, karena dengan begitu para remaja akan tau siapa dirinya dan mengapa dia diciptakan.

 Manusia merupakan mahluk sosial yang banyak membutuhkan kebutuhan jasmani dan rohani, jika jasmani terpenuhi tapi rohaninya tidak tentu akan menjadi suatu masalah, lain halnya jika kebutuhan rohani (Agama) nya terpenuhi tentu dengan sendirinya ia akan memenuhi kebutuhan jasmaninya.

Pendidikan agama itu sangat penting, disamping sebagai pedoman juga merupakan kewajiban yang harus selalu dipelihara karena didalamnya mengandung nilai-nilai kebaikan, aturan-aturan kehidupan serta pengendalian diri dan hawa nafsu dari hal-hal yang merusak khusunya untuk para remaja, agar kedepan tidak ada lagi hal-hal atau peristiwa serta kejadian yang membuat hati kita miris.





Oleh: IMMawan Abdurrahman