"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

Selasa, 22 April 2014

FEMINISM



Feminism, What is That ?


    Sebagai kaum perempuan kita sering mendengar kata feminisme, emansipasi dan kesetaraan gender. Kata – kata ini biasanya sering muncul di saat momen Hari Kartini. April merupakan bulan kaum wanita di Indonesia. Setiap 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini yang kemudian dianggap sebagai titik awal kebangkitan dan kemajuan kaum wanita di negeri ini. Karena jasa – jasa ibu Kartini, perempuan Indonesia bisa merasakan persamaan hak dan kebebasan yang setara dengan laki-laki. Banyak aktivis feminis menggunakannya sebagai momen dan figur untuk memperjuangkan tentang kesetaraan gender. Namun, sebagai generasi Muslim, khususnya immawati harus waspada dengan ide kesetaraan gender dan persamaan hak ini, kita harus pintar – pintar dalam memahaminya. 

    Feminisme, menurut Wikipedia adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk mendefinisikan, membangun, dan mempertahankan kesetaraan dalam hak ekonomi, politik, sosial, juga kesetaraan berbagai kesempatan bagi perempuan. Jika berbicara feminisme pasti berhubungan dengan kesetaraan gender. Lalu, apa yang dimaksud kesetaraan gender itu? Masih menurut Wikipedia, kesetaraan gender (gender equality) adalah tujuan untuk menyetarakan gender-gender atau jenis kelamin. Yang bertitik tolak dari adanya ketidakadilan yang disebabkan oleh perbedaan gender atau perbedaan jenis kelamin (dan berbagai akibat dari perbedaan jenis kelamin itu) serta karakteristik yang melekat kepadanya. 

     Dari beberapa pengertian tersebut, kita akan menkorelasikan antara feminisme dan Kartini, sempat muncul pertanyaan, mengapa sosok Kartini sering kalidigunakan oleh feminis untuk menjadi spirit dan figur dalam perjuangan mereka ? Bahwa Kartini-lah perempuan pertama yang sukses membawa perempuan Indonesia menuju persamaan derajat dan persamaan hak dengan kaum laki-laki. Namun di sisi lain kita juga dituntut untuk kritis dalam menanggapi hal tersebut, mengapa harus Kartini yang dinobatkan sebagai perempuan yang membawa pencerahan buat kaum perempuan, padahal banyak perempuan yang lebih dulu melakukan sesuatu untuk kemajuan perempuan jauh sebelum Kartini baerbuat apa-apa. Mengutip tulisan Pak Adian Husaini yang berjudul Mitos Kartini dan Rekayasa Sejarah, disebutkan bahwa Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar menggugat pengkultusan Kartini yang menjadi simbol kemajuan perempuan Indonesia. Dalam buku yang berjudul Satu Abad Kartini, Pak Harsja menulis sebuah artikel yang berjudul Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita. Disana disebutkan, “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.” Penelusuran Pak Harsja terhadap penokohan Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita Indonesia. Tanpa bermaksud mengecilkan peran ibu Kartini, ternyata banyak perempuan lain yang telah berbuat banyak secara nyata untuk memajukan kaum wanita sementara ide-ide itu baru muncul dalam pikiran Kartini. Misalny, ibu Dewi Sartika telah benar-benar membuat sekolah untuk perempuan pada tahun 1910, yang pada perkembangan selanjutnya sekolah itu disebut Sakola Kautamaan Istri. Ibu Rohana Kudus juga telah membangun Sekolah Kerajinan Amal Setia tahun 1911, dan Rohana School tahun 1916. Jika Kartini baru mengungkapkan ide-idenya lewat surat, Dewi Sartika dan Rohana Kudus telah mewujudkannya dalam tindakan nyata.

      Kembali lagi ke feminisme, Islam memiliki pandangan yang khas tentang pola hubunga laki-laki dan perempuan. Jika feminisme ingin menyamaratakan laki-laki dan perempuan, Islam menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda. Dari segi bentuk tubuh berbeda, dari karakteristikpun berbeda. Walaupun begitu, perbedaan yang ada bukan untuk membuat pertentangan, tapi justru untuk saling melengkapi dan mendukung satu sama lain. Dengan segala potensi yang berbeda-beda tersebut, mereka harus bekerja sama untuk membangun masyarakat dan peradaban. Karena berbagai perbedaan itulah Islammenghadirkan hukum-hukum yang berbeda antara keduanya. Dengan demikian perjalanan kehidupan antara laki-laki dan perempuan akan harmonis, serasi, da saling mendukung, bukan saling bersaing dan mengalahkan. Islam justru memanjakan wanita, hukum-hukum Islam justru diarahkan untuk membawa kemaslahatan bagi kaum wanita. Dengan kewajiban menutup aurat misalnya, perempuan akan terjaga dari berbagai gangguan tangan-tangan dan mata usil. Islam juga mengatur agar perempuan menjadi pengatur rumah tangga, agar perempuan lebih terjaga, dan tugas itu sesuai dengan karakteristik perempuan. Namun, Islam juga membolehkan perempuan untuk menjadi apa saja yang mereka mau selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Perempuan boleh jadi pengusaha, dokter, guru maupun yang lainnya, asalkan tetap sesuai dengan kodrat merekas sebagai perempuan dan tidak melalaikan tugas utama mereka untuk menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. 

       Islam mejuga memajukan perempuan, Islam adalah agama sekaligus aturan dan pandangan hidup yang berasal dari Alloh SWT. Karena yang membuat aturan dalam Islam adalah Alloh sendiri, maka tentunyaaturan Islam adalah aturan terbaik yang ada bagi umat manusia. Islam memandang bahwa kemuliaan seorang manusia itu bukan dilihat dari jenis kelaminnya, warna kulitnya, atau apapun yang sifatnya penampakan fisik. Karena manusia tidak bisa memilih untuk jadi perempuan atau laki-laki. Maka dariitu Alloh SWT menyatakan bahwa yang paling mulia diantara umat manusia adalah yang paling bertqwa (QS. Al Hujurat : 10 ). Jadi sebenarnya, derajat perempuan dan laki-laki itu awalnya sama, yang membedakan hanya ketakwaannya saja kepada Alloh SWT. Jika ada perempuan yang lebih bertaqwa dari laki-laiki, tentunya derajat perempuan itu lebih tinggi dari pada laki-laki tersebut, begitupun sebaliknya. Namun, Islam membedakan laki-laki dan perempuan dalam berbagi fungsi sosial, tugas-tugas, dan hukum-hukum yang mengenai mereka. Mengapa harus berbeda ? Karena apapun yang terjadi, perempuan dan laki-laki itu berbeda dalam banyak hal. Dari segi fisik jelas berbeda, begitu juga dari segi karakter. Laki-laki mempunyai fisik yang tegap dan kokoh serta karakter yang tegas dan keras, karena itu Islam menugasi mereka untuk menangani hal-hal yang ada di luar rumah , seperti menjadi pemimpin, mencari nafkah, dan tugas-tugas yang harus dilakukan di luar rumah ( ruang publik ). 

       Jika perempuan mempunyai bentuk fisik yang khas dan juga karakter yang unik, mereka llebih lembut dan perasa, juga memiliki sususnan bentuk fisik yang kompleks. Dengan kekhasan itu, perempuan ditugaskan di dalam rumah ( ruang privat ) seperti menjadi pengelola keuangan keluarga, hamil dan melahirkan, menyusui dan mendidik anak, dan banyak lagi. Dengan kata lain tugas-tugas bagi perempun adalah tugas-tugas bagi perempuan adalah tugas-tugas di dalam rumah. Tugas-tugas itu sangat sesuai fitrah perempuan dan membawa ketenangan bagi perempuan yang menjalaninya. Dalam Islam, menjadi ibu rumah tangga sama sekali bukan pekerjaan hina, justru pekerjaan ini sangat menentukan seberapa unggulgenerasi Islam yang akan terbentuk kelak. Jika perempuan lalai dari ini maka yang akan terjadi adalah kekacauan yang parah. Karena itulah Alloh SWT mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhn perempuan. Justru dengan aturan seperti ini Islam sangat memanjakan dan menghormati perempuan. Islam berhasil membagi tugas-tugas sosial antara laki-laki dan perempuan dengan baik dan serasi. Dengan aturan Islam seperti ini, laki-laki dan perempuan akan saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain, bukan untuk saling bersaing.

By. IMMawati Umi Jamillah