"HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH DAN JANGAN MENCARI HIDUP DI MUHAMMADIYAH"

Senin, 15 September 2014

BUDAYA MEMBACA MEMBANGUN PERADABAN DUNIA


   

     Seperti yang kita ketahui bahwa wahyu yang pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah QS. Al Alaq (1-5) yang berisi perintah membaca. Perintah membaca ini bersifat umum, tidak dikaitkan dengan obyek tertentu. Bisa diartikan secara luas dengan membaca kitab suci, buku, risalah, atau membaca alam raya dan seluruh ciptaan Alloh SWT yang terhampar di jagad raya ini. Perintah untuk melakukan semua aktivitas yang terkait dengan makna hakiki kegiatan membaca yaitu belajar.

Membaca adalah suatu kegiatan penting yang semestinya dilakukan oleh manusia beriman. Begitu pentingnya membaca, sehingga perintah Alloh SWT yang langsung
diturunkan kepada Sang Revolusioner kita, Nabi Muhammad SAW adalah Iqra (membaca). Bahkan Rasulullah pun menyukai orang yang rajin mencari ilmu dan gemar membaca.

     Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al Qur’an diturunkan kepadamu?” Rasul menjawab: “Saya ingin mendengar dari orang lain” ( Diriwayatkan Bukhari Muslim ). Dari hadits tersebut dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa Rasulullah menyukai orang yang membaca.

   Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi yang menjadi salah satu penulis naskah AlQur’an. Atas perintah Nabi, Zaid berhasil mempelajari bahasa Ibrani (Yahudi) dalam waktu 15 hari saja. Selanjutnya bahasa Suryani dikuasai hanya dalam waktu 17 hari. Maka Zaid-pun dipercaya menjadi penulis surat-surat Rasulullah. Kemampuan bahasa Zaid menjadi jalan bagi dakwah dan diplomasi Rasulullah sehingga cahaya Islam sampai kepda kabilah-kabilah dan bangsa yang berbahasa Ibrani maupun yang berbahasa Suryani.

    Haji Agus Salim adalah pejuang kemerdekaan yang menguasai tujuh bahasa asing yakni Arab, Belanda, Inggris, Perancis, Jepang, dan Jerman. Tulisannya dalam berbagai media ketika itu selalu tajam dan pedas melawan kemungkaran, serta membakar semangat rakyat Indonesia untuk merdeka. Setelah malang melintang dalam dunia jurnalistik selanjutnya Agus Salim memasuki dunia politik. Intelektualitas dan kepandaiannya berdiplomasi, ditambah kemampuan bahasanya menjadikan Agus Salim sebagai salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu buahnya adalah pengakuan kedaulatan dan perjanjian persahabatan dengan Mesir. Mesir adalah Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

     Zaid bin Tsabit, Haji Agus Salim dan masih banyak lainnya adalah muslim dengan prestasi hebat di zamannya . Kesamaan mereka ada pada dua hal. Pertama, mereka adalah orang beriman kepada Alloh dan Rasulnya. Iman menggerakkan mereka untuk memberikan karya terbaik untuk bangsanya dan umat manusia. Kedua, mereka memiliki semangat belajar yang luar biasa. Dan semangat itu terwujud dalam kebiasaan membaca mereka.

  Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Dengan membaca buku, ilmu pengetahuan akan didapatkan. Sederhana dan mudah untuk dapat dikerjakan, serasa berkelana kemana saja, bahkan keliling dunia hanya sekejap saja,perjalanan seseorang selama bertahun-tahun dapat diketahui hanya dalam dua ratus halaman saja. Hasil riset ilmiah yang panjang dengan cepat dipelajari dalam sebuah buku. Kegiatan membaca akan menambah wawasan sekaligus mempengaruhi mental dan perilaku seseorang, dan bahkan memiliki pengaruh besar bagi masyarakat. Bacaan yang berkualitas akan mengantarkan manusia pada kemajuanperadabannnya. Sebaliknya buruknya kualitas bacaan atau rendahnya budaya baca menjadi indicator mundurnya peradaban suatu bangsa.

    Peradaban suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan dan pengetahuan di hasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang didapat, sedangkan ilmu pengetahuan di dapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan. Semakin banyak penduduk suatu wilayah yang semangat mencari ilmu pengetahuan, maka akan semakin tinggi peradabannya. Budaya suatu bangsa biasanya berjalan seiring dengan budaya literasi, faktor kebudayaan dan peradaban dipengaruhi oleh membacayang dihasilkan dari temuan-temuan kaum cendekia yang diabadikan dalam tulisan yang menjadikan warisan literasi informasi yang sangat berguna bagi proses kehidupan sosial yang dinamis. Namun ironisnya jumlah terbitan buku di Indonesia tergolong rendah, tidaksampai 18.000 judul buku per tahun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan Jepang yang mencapai 40.000 judul buku per tahun. (Sumber: Majalah Oase Edisi April 2014). Sebagai warga Indonesia, tentu hal ini sangat menyedihkan bagi kita.

     Membaca juga memberikan manfaat yang sangat bermanfaat bagi diri kita. Dr. ‘Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA dalam bukunya “La Tahzan" mengatakan ada beberapa manfaat dari membaca bagi umat muslim, yaitu:
1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
2. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam kebodohan.
3. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang           malas dan tidak mau bekerja.
4. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam 
    bertutur kata.
5. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berfikir.
6. Membaca meningkatkan pengetahuan seseirang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil menfaat dari pengalaman orang lain, 
    seperti menyontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para cendekiawan.
8. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk 
    mendapat dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasi 
    di dalam hidup.
9. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat, 
    terutama buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis muslim yang saleh. Buku itu 
    adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunya pengaruh kuat untuk menuntun 
    seseorang menuju kebaikan dan menjauhkan dari kejahatan.
10.Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan 
     dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.

     Dengan sering membaca, seseorang bias menguasai banyak kat dan mempelajari berbagai model kalimat, lebih lanjut lagi ia bias meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat). Oleh karena itu, membaca akan memberikan nilai positif dalam hidup manusia. Dan tentunya jangan pernah lupa untuk membaca setiap hari, buku terbaik, Al Qur’an.




     Menurut Ustadzah Tsaniya Hasanah, Lc M.Th.I salah satu dosen Bahasa Arab, Ma’had Umar bin Al Khattab Universitas Muhammadiyah Sidoarjobahwa ika kita bisa menganggarkan pulsa 100 ribu setiap bulannya, maka sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak dapat menganggarkan 1 buku tiap bulannya. Menurut wanita manis lulusan Universitas Al Azhar, Kairo Mesir ini menyatakan jika sekarang ini sudah banyak buku berkualitas dengan harga dibawah 50 ribu. Apalagi event book fair atau pameran diskon besar-besaran terhadap buku-buku bagus. Menurut Diah Litasari, Sekjen Gerakan Anak Indonesia Membaca, “ Kalau buku tidak akan pernah ketinggalan jaman. Ilyang disampaikan tidak akan pernah kadaluarsa.”


   Ketika bangsa ini telah memiliki budaya membaca yang tinggi, maka tak kan sulit untuk membangun negeri ini dengan semangat positif dan kerjasama untuk menggapai cita-cita sebagai bangsa yang besar dan beradab. Dan semuanya itu dimulai dengan membiasakan diri membaca pada diri kita dan anak-anak. Wallohu a’lam bi ash-shawab.

By. IMMawati Umi Jamillah