SIMPOSIUM NASIONAL AND CALL FOR PAPER
"Gagasan Kaum Muda Muhammadiyah: Menjawab Dinamika Bangsa"
INDONESIA. Selama satu tahun terakhir ini perkembangan
kepemimpinan presiden Jokowidodo sangat terlihat diantaranya adalah keberanian menetapkan
hukuman mati bagi tindak pidana kasus Narkoba serta penghancuran kapal asing
yang masuk diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara ilegal,
namun masih banyak masalah yang masih tersisa, diantaranya terkesan lamban
memperhatikan rakyat namun cepat tanggap jika dengan korporat kapitalis kesan
tersebut terbuktikan dengan undang-undang sangat mudah direvisi bahkan
dilanggar untuk kepentingan kaum kapitalis. Sementara bencana asap di Sumatera
dan Kalimantan belum mampu diselesaikan. Kepemimpinan negeri ini sangat lemah
sehingga semua pemimpin saing berebut kendali dalam meminpin baik yang berada
dalam lebaga eksekutif dan juga lembaga legislatif. Maka Ikatan mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), wajib mengawal
perjalanan bangsa ini. selain permasalah politik, kepemimpinan, konflik
beragama pun melengkapi permasalah negeri ini, maraknya warga Syiah menjadi
permasalahan yang tidak kalah penting.
Satu tahun silam ABI Ormas Syiah
mengadakan Muktamar II dikantor Kementerian Agama RI pada (14/11/2014).
Bersamaan dengan itu, warga Syiah yang selama bertahun-tahun mengungsi
dinyatakan siap untuk dipulangkan ke kampung halamannya di Sampang, bahkan
Tajul Muluk juga sudah dibebaskan. Selain itu Wakil presiden Jusuf Kalla
melalui Juru bicaranya meralat pernyataannya dan mengakui Syiah sebagai bagian
dari agama Islam dan diperkanankan mengisi kolom Agama dengan identitas Islam
pada KTP warga Syiah. Jika rencana makar
syiah di Indonesia berhasil maka, yang terjadi adalah pembantaiaan sebagaimana
mereka membantai umat Islam ahlussunnah
di Suria, Yaman dan masih banyak negara lain,
namun umat Islam tidak lagi
peduli dengan kehancuran agamanya karena sibuk memikirkan kebutuhan hidup yang
semakin sulit akibat situasi politik dan ketidak stabilan ekonomi atas Bahan
Bakar Minyak (BBM) dan harga kebutuhan
pokok naik. Dan nilai tuar Rupiah yang terus merosot.
Rupiah
melemah hampir menyentuh angka Rp. 15000/ Dolar (28/9/2015). Argumentasi
pemerintah bahwa melemahnya rupiah dapat meningkatkan nilai ekspor, tidak terbukti.
ekspor Indonesia pada Februari 2015 justru menurun 7,99 persen dibanding bulan
Januari, atauturun 16,02 persen dibanding periode yang sama tahun 2014
(BPS). Justru, Pelemahan rupiah terhadap dolar, berdampak
pada UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang mengandalkan bahan baku impor. Tenaga Kerja terancam “dirumahkan”, UKM
terancam kolaps. Ditambah lagi beban pembayaran hutang Negara semakin besar.
Memperpanjang Izin ekspor PT. Newmont Nusa Tenggara, dan PT Freeport.
Bertentangan dengan UUD 45 pasal 33. Serta Undang-undang no 4 tahun 2009
tentang pertambangan mineral dan batubara (MINERBA), yang menyatakan bahwa
setiap pemegang kontak karya wajib melakukan pemurnian di dalam negeri, atau
membangun smelter dalam jangka waktu lima tahun sejak UU tersebut disahkan.
Namun, Izin ekspor tetap diperpanjang. Perdagangan arus global akam semakin
kuat karena Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan segera diresmikan pada 31
Desember 2015 yang meningkatkan kompetisi dan daya saing pasar global.
Munculnya
berita bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 2015 ini yang kembali
menekan pemerintah agar presiden meminta maaf kepada PKI atas nama negara, hal
ini jelas akan mengancan karena PKI akan kembali bangkit dan menjai partai
besar yang ada di Indonesia dengan membawa faham komunisme. Disisi lain adanya
upaya menjadikan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri akan membuat
permasalahan baru yaitu sekat yang muncul atar umat Islam. golongan santri dan abangan akan melengapi permasalah agama di neger ini,
terkait hal itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuat pernyataan resmi dalam
surat NO. 482/I.O/A/2015 tentang penolakan hari santri berikut kutipanya:
“Dalam pandangan kami penetapan hari santri dapat
menimbulkan sekat-sekat sosial, melemahnya integritas nasional dan
membangkitnya kembali sentimen lama yang selama ini telah mencair dengan baik.
Selama ini umat Islam termasuk didalamnya Muhammadiyah berusaha
meminimalkan bahkan jika mungkin menghilangkan sekat sekat tersebut karena
secara politik dan historis sangat kontra produktif serta bertentangan dengan
semangat persatuan bangsa. Penetapan hari santri pada 22 Oktober juga dapat
menimbulkan kontraversi membangkitkan
sektarianisme, dan secara historis dapat mengecilkan arti perjuangan umat Islam
yang berjuang membentuk dan menegakkan Negara Kesatuan Ripublik Indonesia. Bung
Karno secar pribadi adalah seoarang santri. Karena itu penetapan hari santri
pada 22 oktober dapat menafikkan peran para santri dan kalangan umat Islam yang
tidak terlibat pada 22 Oktober”
Dari paparan di atas
dapat diperinci permasalahn yang ada dinegeri ini beserta akibat yang akan
muncul jika tidak segera ditindak lanjut oleh pemeintah dengan serius. Berikut
sajian dalam bentuk tabel:
No
|
Paparan Masalah
|
Akibat yang akan terjadi
|
1.
|
Bencana asap di Riau
|
Menurunya kesehatan warga
terutama bayi dan ibu hamil
|
2.
|
Maraknya warga Syiah
|
Penbantaian Islam
ahlussunnah Indonesia seperti (Suria, dan Yaman)
|
3.
|
Turunya nilai tukar Rupiah
|
Melonjaknya harga BBM dan
kebutuhan pokok
|
4.
|
Perpanjangan ijin PT. Newmont
|
SDA terus dihisap oleh asing
|
5.
|
MEA
|
Kompetisi pasar global
|
6.
|
Wacana bangkitnya PKI
|
PKI akan meminta ganti rugi
kepada negara
|
7.
|
Hari santri
|
Terjadi sekat-sekat antar
umat Islam di Indoensia
|
Dari
permasalah yang terinci pada tabel di atas dan dengan semangat
mengurai dinamika bangsaan, maka Pimpinan KORKOM IMM UMSIDA, KORKOM IMM UHAMKA
dan KORKOM IMM UMY untuk mengadakan Simposian Nasional dan Call For Paper. Hal ini sebagai ajang sumbangsih pemikiran dan ikut
sertanya kaum Intelektual Muda Muhammadiyah dalam menjawab dinamika bangsa dan
memberikan sumbang pemikiran untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
TOR dan Proposal dapat di download disini